Lebaran 2017, Hari Raya Idul Fitri 1438 H
5:31 PM
Setelah menjalankan ibadah puasa wajib di bulan suci Ramadhan selama 29 hari, bulan dimana setiap harinya banyak keberkahan khususnya bagi umat muslim, kini sampailah pada “hari menuju kemenangan”. Ya! Begitulah orang menyebutnya.
1 Syawal 1438 H tepat pada tanggal 25 Juni 2017 kalender umum, diperingati sebagai hari menuju kemenangan atau hari raya idul fitri bagi setiap muslim (khususnya agama Islam Nahdatul Ulama). Pada bulan-bulan Syawal, kegiatan adat maupun tradisi yang sudah melekat disetiap daerah pun pasti dilakukan bagi setiap orang muslim untuk merayakan hari yang fitrah ini. Umumnya, setiap muslim saling berkunjung dan bersilaturahmi untuk saling memaafkan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
Tak lepas dari kegiatan-kegiatan selama lebaran, diriku pun dalam salah satu postingan blog “Nanda Hero” juga berniat untuk memamerkan kegiatan-kegiatanku selama merayakan hari raya Idul Fitri 1438 H. Ya, memang inilah
Merayakan Hari Raya Idul Fitri 1438 H
Musim Mudik Lebaran
Bagi mereka umat muslim yang bepergian meninggalkan rumah kampung halaman dulu dilahrikan, baik untuk bekerja maupun mencari ilmu, berkunjung ke kampung halaman menjelang waktu lebaran atau ketika waktu lebaran disebut mudik. Tujuannya tak lain adalah bertemu orang tua, keluarga maupun sanak saudara dan teman-teman untuk merayakan lebaran.
Berhubung lebaran tahun 2017 ini diriku di rumah saja, nggak kerja keluar kota seperti lebaran tahun 2016, jadi ya nggak bisa ngerasain nikmatnya mudik. Namun masih ngikut ngerasa bahagia ramainya kendaraan-kendaraan musim mudik (meskipun jalanan banyak yang macet).
Malam Takbiran
Malam takbiran, simpelnya adalah kegiatan malam yang dilakukan untuk penyambutan hari kemenangan. Pada hari ini juga ditentukannya apakah hilal sudah terlihat sehingga besok atau masih lusa hari raya Idul Fitri akan dilaksanakan.
Nah, pada malam ini. Sehabis maghrib diriku melihat siaran TV, hari raya sudah ditentukan oleh majelis ulama Indonesia (MUI) yang bersangkutan dan tepat pada tanggal 25 Juni 2017, hari raya Idul Fitri bisa dilaksanakan.
Kegiatan ba’da maghrib pada malam takbiran identik dengan megengan (mungkin penyebutan disetiap daerah berbeda). Kalau di daerahku, megengan itu dimana orang-orang membawa berkat (makanan) ke masjid/langgar/mushola terdekat dan melakukan puji syukur serta membaca doa-doa dan tahlil untuk penyambutan (mengawali) dan penutupan bulan suci Ramadhan.
Nah pada malam takbiran ini, diriku nggak ikut megengan di mushola terdekat. Sudah bapak dan adek yang mewakili, hahaha.
Setelah menjelang Isya’, aku mulai berangkat ke langgar biasa aku tarawih untuk sholat berjamaah dan mengumandangkan takbir (takbiran) setelahnya.
Dulu, takbiran itu banyak anak muda yang datang ke langgar yang pastinya untuk takbiran. Berdasarkan situasi dan kondisi pengamatan pribadi (hahaha) takbiran hari raya tahun 2017 ini sudah mengalami kemajuan zaman. Langgar maupun tempat ibadah umat muslim jadi sepi, toko-toko pakaian atau tempat yang cocok buat kencan lebih rame. Mungkin nggak disemua daerah, cuman begitulah ditempat daerahku tinggal. Ya,, malam takbiran sekarang identik dengan belanja-belanja dan jalan sama pacar.
Begitupula dengan diriku yang mengikuti perkembangan zaman, nggak ke toko pakaian atau kencan (karena jomloh,
Baru sekitar sejam-an takbir (itupun bergantian), diriku pulang karena hapeku daya baterainya habis. Niat pulang mau nge-cas.
Sejam-an kemudian, mau budal balik ke langgar, ehh Samsul ada di depan rumahku nanyain “Melu takbir keliling gak we?”. Pikirku pun senang, karena mau lihat ramainya malam takbiran. Ya otewelah, ngikut.
Pada perjalanan takbir keliling menggunakan 2 pick up dan 1 tossa, yang takbir bukan orangnya, melainkan mp3 dengan sound system ber-genset (hahaha). Namun takbir keliling ini cukup seru menurutku, ya itu tadi, karena bisa menikmati ramainya malam takbir meskipun takbir yang dikumandangkan dari mp3 dan melihat mercon yang dinyalakan setiap orang yang menyalakan di jalanan.
Sholat Idul Fitri
Kurang tau apakah sholat Idul Fitri diwajibkan atau hukumnya sunnah, mungkin karena lupa dan belum sempat browsing di Internet. Yang pastinya, sholat Idul Fitri yang dilakukan setahun sekali ini, kurang afdol merayakan lebaran apabila tidak ditunaikan. Rasanya ada yang kurang, menurutku yang kata emak masih suka menunda-nunda waktu sholat.
Pernah sekali (seingetku), aku tidak menunaikan sholat Idul Fitri karena terlambat. Ketika itu juga banyak yang terlambat karena waktu pelaksanaan sholat Idul Fitri yang lebih awal dari biasanya. Entah kenapa alasannya, yang pasti rasanya ada yang kurang kalau merayakan lebaran nggak sholat Idul Fitri.
Nah untuk tahun ini, beda dengan tahun-tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya diriku sholat Idul Fitri di mushola terdekat, namun karena berangkat boncengan sama mas Hari (adeknya bapak) yang biasanya sholat Idul Fitri di masjid. Diajaklah sholat di masjid, sehingga tahun ini diriku menunaikan sholat Idul Fitri di masjid terdekat yang mana lebih banyak jamaah sholat Idul Fitri. Sampai-sampai aku yang belakangan menempati panggon, mendapati tempat sholat di anak tangga masjid. Itupun sangat umpel-umpelan.
Kalau di mushola, masih cukup longgar tempat tersedia. Setelah sholat Idul Fitri, masih bisa menikmati bancak’an dan makan bareng, hahaha. Kemudian apa sih yang identik dengan sholat Idul Fitri? Sendal baru hilang, hahaha. Alhamdulillah, diriku pun belum pernah kehilangan sendal selepas sholat Idul Fitri. Karena gak pake sendal baru atau sendal yang masih bagus, hahaha. Namun survey membuktikan, tidak sedikit pula mereka yang pernah kehilangan sendal selepas sholat Idul Fitri, hahaha.
Silaturahmi dan Saling Bermaaf-maafan
Menurutku pribadi, hari raya Idul Fitri 1438 H ini SEPI. Maksudnya sepi orang yang saling bersilaturahmi. Mungkin, kebanyakan orang sudah merasa malas untuk saling silaturahmi dan berkunjung ke rumah keluarga, guru, maupun teman yang telah dikenalnya.
Aku pun juga merasa demikian, awal lebaran, banyak yang ingin kudatangi beberapa rumahnya (teman) satu per satu. Tentu supaya lebaran tidak terasa biasa-biasa saja. Namun pikiran negatif lagi-lagi menghampiri dan merusak sistem otak kiri, hahaha kayak lagunya Bondan Prakoso.
Pikirku, kenapa juga aku mendatangi rumahnya yang dirinya mungkin nggak ada niatan datang ke rumahku. Toh mungkin mereka berpikiran aku melupakannya, tapi mungkinkah mereka memikirkan kalau bisa saja aku berpikiran serupa, hahaha. Ini nggak baik, sungguh tidak baik. Datang pikiran kayak gitu, bad mood langsung melanda, hahaha. Pikiran seperti ini sih datangnya pas lebaran akhir-akhir, itu pun ketika mau didatangi malah sulit dihubungi, ada aja halangannya, wkwkwk.
Selain itu, canggihnya teknologi yang dikenal dengan sebutan hape juga telah memudahkan orang-orang untuk meminta maaf dari jarak jauh tanpa berjabat tangan. Diriku pun juga suka menggunakannya dengan metode mengirim pesan lewat aplikasi media sosial ataupun chatting. Jadi lebih instan, praktis dan hemat bahan bakar bensin, hahaha. Mungkin ini juga salah satu penyebab sepinya lebaran tahun 2017 ini. Toh lebaran tahun 2017 ini di daerahku juga pas waktunya musim panen padi. Jadi tidak sedikit pula yang lebaran-lebaran malah pergi ke sawah.
#Hari pertama lebaran
Hari pertama lebaran, setelah sholat Idul Fitri, pertama kali bermaaf-maafan dengan anggota keluarga serumah. Tak lain mereka adalah kedua orang tua dan seorang adik perempuanku. Disini nggak ada yang nangis maupun berlinangan air mata layaknya sinetron-sinetron di TV, ya seperti biasa, berjabat tangan dan meminta maaf kepada kedua orang tua.
Kemudian diteruskan ke rumah nang (kakek) dan mbah (nenek). Di rumah kakek-nenek ini semua keluarga berkumpul dan bermaaf-maafan. Anggota keluarga dari bapak yang berkumpul tersebut seperti pak puh, bu dhe, pak lek, bu lek, beserta anak-anaknya.
Cuman sebagian anggota keluarga muda yang ikut berfoto, lainnya yang sudah tua-tua nggak ikutan, hahaha.
Setelah itu berkeliling bersilaturahmi bareng keluarga cuman di dua rumah tetangga, selebihnya diriku pun pulang dan istirahat sampai malam.
Nah setelah tiba waktunya malam, diriku dan pemuda sekitar berkeliling untuk bersilaturahmi dari tempat dan batas yang sudah biasa dikelilingi setiap malam pertama lebaran. Sudah seperti tradisi bagi komplotan pemuda sekitar daerahku. Berkeliling mulai dari sekitar setengah tujuh, sampai selesai tengah malam.
Hari pertama lebaran pun selesai.
#Hari kedua lebaran
Pagi di hari kedua lebaran, aku, adek, kedua orang tua, dan satu keluarga misanan denganku, berkunjung untuk bersilaturahmi ke keluarga emak. Sayangnya kedua orang tua emak sudah meninggal, jadi hanya di rumah pak puh dan bu dhe serta tetangga sekitar kampung halaman emak dulu yang beralamatkan di dusun Semek, desa Bukur, kecamatan Patianrowo, Nganjuk. Karena emak anak terakhir, jadi nggak ada silaturahmi ke pak lek dan bulek keluarga emak, hahaha.
Pulang-pulang siang hari menjelang dhuhur, setelah sampai rumah dan sampai sore diriku tidur nyenyak.
Malamnya baru keluar lagi bersilaturahmi ke beberapa rumah teman SMK.
Foto diambil di rumah Sayub |
Foto diambil di rumah Hacky |
Berikut di atas hanya kedua foto silaturahmi ke rumah teman yang bisa di ambil. Lainnya nggak foto-fotoan.
#Hari ketiga lebaran
Hari ketiga ini, pagi menjelang siang aku silaturahmi ke rumah teman kuliah. Hanya dua rumah teman kuliah yang bisa ku kunjungi, yaitu di Bagor Nganjuk, dan Wilangan. Lainnya nggak ada di rumah dan kurang merespon dengan baik. Serta teman-teman kuliah untuk saat ini belum bisa akrab dan saling pengertian seperti teman SMK, wkwkwk.
Setelah itu, malamnya ke rumah Anis teman SMK bareng sama Muqit dan Ilham sekitar jam 8 malam lebih.
Foto diambil di rumah Anis |
#Hari keempat lebaran
Hari keempat lebaran tanggal 28 Juni 2017, diriku bersama Muqit dan Ilham bersilaturahmi ke rumah Evi dan Teguh pada malam hari. Siangnya nggak ada acara alias di rumah saja. Kemudian pas hari kelima lebaran, seharian sudah nggak ada acara main-main silaturmi. Mungkin lebarannya sudah habis, hahaha.
#Hari keenam lebaran
Pas hari lebaran ke enam, acaranya sudah main-main biasa. NGopi ke WARKOP yang ada ES nya. Pesennya juga ES hahaha.
Hari Raya Ketupat
Satu lagi yang identik dengan perayaan hari raya Idul Fitri, yaitu hari raya ketupat. Kalau orang Jawa ngarani, Rioyo Ketupat atau Kupatan. Nah kupatan setauku akan ada sekitar 7 hari dari awal lebaran. Sayangnya sekarang ini tradisi membuat ketupat di daerahku sudah hampir menghilang, hanya beberapa yang masih memegang tradisi dan membuat ketupat. Mungkin banyak penyebabnya, selain tidak mau repot, misalnya seperti bahan janur untuk membuat ketupat yang jarang dan sulit untuk di dapatkan di daerahku.
~ SELESAI ~
Minal Aidin Wal Faizin - Nanda Hero