Fenomena Sungai Tengah Hutan Hasilkan Garam di Nganjuk
7:03 PM
Senin, 28 Oktober 2019 bersama teman yang merupakan admin Instagram @Asli.Nganjuk (Aan) saya pergi ke Lengkong (salah satu kecamatan di Nganjuk), tepatnya di Desa Banggle untuk memenuhi ajakan temannya yang bekerja di stasiun televisi yaitu Bayu TV (Joko).
Hal ini membuat saya antusias untuk ikut juga. Pasalnya teman saya bilang ini fenomena unik. Coba deh pikirkan, masa sungai bisa menghasilkan garam? dan lokasinya juga berada di tengah hutan (alas), serta jauh dari lautan. Garam biasanya dihasilkan dari air laut kan?!
Tapi mungkin jika dari sudut pandang sains akan beda, dan bukan fenomena lagi.
Berangkat!
Senin pagi sekitar pukul 09.20 WIB saya bersama Aan berangkat dari rumah yang ada di desa Kedungrejo, kecamatan Tanjunganom, pergi menuju Pom Bensin Lengkong untuk menemui Joko. Perjalanan sekitar 30 menit, karena macet disebabkan banyak truk serta pendemo yang entah mau demo apa. Dan Joko ternyata sudah menunggu sekitar 15 menit lamanya sampai kami tiba.Selanjutnya kami pergi menuju balai desa Banggle untuk berkumpul dengan teman lainnya, yang ternyata sudah menunggu. Mereka adalah teman dari media juga, yaitu stasiun televisi dan koran. Sebutan profesi mereka ini mungkin Reporter, atau mungkin juga Wartawan. Sedangkan saya dan Aan mengaku dari Tim Sosial Media Instagram @asli.nganjuk saat ditanyai salah satu dari mereka.
Setelah berkumpul dan berbincang-bincang dengan Kepala Desa Banggle perihal sejarah serta harapan untuk fenomena sungai penghasil garam ini, kami pergi ke rumah Kamituwo (Pak Anom Suroto) yang ditunjuk Kepala Desa sebagai penunjuk jalan menuju lokasi sungai.
Lama perjalanan dari kantor balai desa menuju lokasi sungai sekitar 15 menit, dan jalanannya cukup terjal. Tidak terlalu menanjak, tapi sudah cukup membuat pengemudi merasakan pegal-pegal memegang stir motor. Akses jalan menuju lokasi hanya bisa dilalui oleh motor atau sepeda, belum bisa untuk mobil atau kendaraan yang lebih besar.
Dan untuk menuju lokasi masih harus memerlukan penunjuk jalan dari penduduk desa Banggle yang sudah mengetahui lokasinya. Nah, beberapa harapan dari Kepala Desa Banggle perihal tempat ini adalah menjadikannya tempat wisata, serta bisa menjadi peluang usaha untuk penduduk desa Banggle. Kata Joko, Pak Lurah bilang salah satunya adalah saat menuju lokasi bisa dengan menggunakan Ojek dari penduduk desa Banggle.
Oh ya guys! Untuk nama alas tempat sungai penghasil garam ini adalah Sili. Atau bisa dibilang lereng Gunung Sili.
Sampai Lokasi!
Tujuan awal kami ternyata bukan langsung di fenomena sungai penghasil garam, melainkan di sebuah prasasti yang lokasinya juga sudah dekat dengan sungai.Ketika saya tanyakan nama prasasti ini kepada pak Anom Suroto, namanya adalah Batu Gurit.
Prasasti Batu Gurit, Banggle, Lengkong |
Pada prasasti tersebut terdapat tulisan kuno yang seperti tulisan aksara Jawa, tapi juga bukan aksara Jawa sepertinya. Tulisannya juga sudah terlihat samar-samar dan tidak jelas saat difoto menggunakan ponsel KENTANG saya.
Setelah mengambil gambar dari Batu Gurit, selanjutnya kami berjalan kaki menuju sungai penghasil garam dengan mengikuti pak Anom Suroto sebagai penunjuk jalan.
Sungai Penghasil Garam, Banggle, Lengkong, Nganjuk
Sungai ini ternyata bukanlah sungai yang saling sambung menyambung, melainkan sungai yang airnya muncul bersumber dari bawah tanah. Muncul gelembung-gelembung ke permukaan, yang apabila disentuh berasa panas (tepatnya hangat).
Kemudian untuk air yang terhampar di tanah dan bebatuan di pinggir sungai mengkristal berubah menjadi garam, akibat terkena paparan sinar matahari. Saat saya jilat, rasanya benar-benar asin seperti garam.
Garam yang dihasilkan dari Sungai Banyu Asin, Banggle, Lengkong |
Kata pak Anom Suroto, nama sungai ini adalah Banyu Asin. Sudah ada sejak lama, namun penduduk setempat menganggap itu hal biasa-biasa saja. Hingga akhirnya kini Kepala Desa Banggle menginginkan tempat tersebut diekspos media supaya lebih dikenal, dan bisa dimanfaatkan kedepannya.
Untuk air yang berubah menjadi garam juga cukup banyak, dan dibiarkan begitu saja. Entah garam tersebut bisa diproduksi layaknya garam yodium yang biasa kita konsumsi atau tidak. Semoga kedepannya bisa diteliti dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, aamiin.
Selanjutnya, info lebih detail silahkan tonton video di bawah ini.
Pulang!
Sudah capek cerita panjang-panjang. Banyak tugas kuliah juga yang belum selesai mulai saya kerjakan.
#curhat
Saat pulang kami tidak benar-benar pulang (Gimana sih! HAHA). Sebenarnya kami tidak langsung pulang, melainkan pindah lokasi tujuan yakni di salah satu tempat usaha tembakau yang ada di desa Banggle.
Pak Anom Suroto di tempat usaha Tembakau, Banggle, Lengkong |
Di sini saya, Aan, Joko, dan Pak Anom Suroto hanya duduk-duduk SANTUY sambil berbincang-bincang (omong-omong klobot) sembari menunggu teman media lainnya meliput tempat usaha tembakau bersama pemiliknya.
Setelah teman media kembali, saya, Aan, dan Joko berpamitan undur diri. Tapi belum pulang! Lagi-lagi pergi ke tempat tujuan lain, kali ini di tempat NGOPI. Tapi pesennya Extra Joss (saya), 2 gelas Nutrisari (Aan), dan hanya Joko yang tidak menyimpang dari perkopian karena pesennya es kopi Capuchino.
Setelah ngopi, saling kirim foto/video, dan ngobrol-ngobrol tentang destinasi mana lagi yang cocok untuk dikunjungi hingga waktu menunjuk pukul 13.30 WIB, kali ini kami benar-benar beranjak, berpisah dan pulang ke rumah masing-masing.
~~~ Kami benar-benar pulang ~~~
Kalau mau, follow juga akun Instagram saya @nanda_hero